Tantangan Bonus Demografi Dalam Kemajuan Teknologi Di Indonesia

               Pada saat ini, banyak hal yang terjadi merupakan imajinasi masa lalu bahkan cerita fiksi yang ada di film terealisasi dalam dunia nyata terutama cerita tentang teknologi masa depan. Contohnya seperti cerita robot-robot yang memiliki pemikiran layaknya manusia, mesin pembantu kerja manusia, internet tanpa batas yang sekarang sudah ada wujud nyatanya. Imajinasi tersebut bukan sekedar angan-angan saja tetapi itu suatu bentuk kebebasan berpikir manusia. Cerita dalam film pun bukan hanya dibuat untuk hiburan semata tapi dibuat berdasarkan penelitian tentang teknologi bahkan ada beberapa teknologi sekarang terinspirasi pada film tertentu.

 

Salah satu bentuk teknologi yang sering menjadi pembahasan hangat pada abad ini adalah artificial intelligence (AI). Artificial intelligence (AI) merupakan produk dari revolusi industri 4.0 yang sedang berjalan sekarang ini. Revolusi industri 4.0 atau biasa disebut revolusi digital hadir untuk menggantikan industri 3.0 yang merupakan proses terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Selain itu, revolusi industri 4.0 juga ditandai dengan berbagai teknologi terapan (applied technology), seperti advanced robotics, internet of things (ToI), virtual and augmented reality, additive manufacturing, distributed manufacturing dan bigdata (mahadata).

 

Perkembangan teknologi di berbagai dunia memiliki dampak pada beberapa aspek kehidupan terutama aspek sosial. Dampak ini dapat membuat masalah pada kondisi sosial masyarakat seperti berkembangnya arus urbanisasi karena menimbulkan pusat-pusat industrialisasi di wilayah perkotaan, upah buruh semakin menurun diakibatkan meningkatnya jumlah tenaga kerja dan penggunaan tenaga mesin, munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh, adanya kesenjangan antara majikan dan buruh, dan munculnya revolusi sosial untuk menuntut adanya perbaikan nasib.

 

Dibeberapa negara di dunia mulai mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Terkhusus di Indonesia perkembangan teknologi masih terbelakang dibanding negara-negara maju lain seperti Amerika dan Jepang. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) melalui situsnya menyebutkan bahwa Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia pada tahun 2017 hanya sebesar 4,99 dalam skala 0-10. Itu menunjukkan indeksnya masih dibawah standar dunia. Ini merupakan tugas pemerintah untuk meningkatkan itu terlebih lagi persebaran teknologi di Indonesia yang masih tidak merata.

 

Dibalik lambatnya pembangunan teknologi, ternyata Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi negara maju. BPS menyebutkan antara tahun 2020-2030 jumlah populasi di Indonesia akan menyentuh angka 290 juta jiwa dan didominasi oleh usia muda. Fenomena ini disebut bonus demografi atau kondisi dimana populasi usia produktif lebih banyak dari usia nonproduktif. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN) hal ini terjadi karena keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) yang dicanangkan oleh Presiden Indonesia yang kedua Soeharto. Melalui program ini dapat mengubah struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk non-usia kerja (0-14 tahun dan diatas 65 tahun) terhadap penduduk usia kerja (15-64 tahun).

 

Banyak negara yang memiliki kesempatan untuk menikmati bonus demografi dan terbilang sukses memanfaatkannya seperti negara Jepang, Korea Selatan, dan China tetapi ada juga negara gagal dalam menghadapi hal tersebut seperti Brazil. Melalui pengalaman dari negara yang telah menikmati bonus demografi Indonesia dapat bercermin dan belajar dari keberhasilan dan kegagalan negara-negara tersebut. Bonus demografi ini merupakan suatu kesempatan emas bagi Indonesia karna diprediksi hanya akan terjadi sekali saja.

 

Antara kemajuan teknologi dan bonus demografi dapat menjadi peluang tetapi dapat juga menjadi ancaman bagi Indonesia. Kedua hal ini harus diperhatikan mulai saat ini karna Indonesia tidak bisa menghindari hal ini atau tidak memperhatikan satu diantara kedua hal tersebut. Misalnya ketika tidak mempertimbangkan kemajuan teknologi dalam menghadapi bonus demografi maka Indonesia akan menjadi negara terbelakang dari negara-negara lain soal perkembangan teknologi. Begitupula ketika hanya kemajuan teknologi yang diperhatikan tanpa memperdulikan bonus demografi maka usia produktif ini akan sia-sia karna digantikan oleh mesin-mesin yang canggih maka terciptalah banyak pengangguran struktural. Maka dari itu kemajuan teknologi dan bonus demografi harus sejalan bersama karena terlepas dari situasi Indonesia yang harus menghadapi hal tersebut juga dapat membuat perubahan pada aspek ekonomi, sosial budaya, pendidikan bahkan politik di Indonesia menjadi lebih baik.

 

Setelah itu muncul permasalahan lain yaitu cara agar kemajuan teknologi dan bonus demografi dapat diselaraskan dan dapat dimanfaatkan untuk pembangunan Indonesia. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka perlu perhatian pemerintah dan masyarakat selaku pemeran utama dalam menghadapi peluang ini. Melalui peran itu maka diharapkan ada perbaikan dalam berbagai sektor seperti pendidikan, ketenagakerjaan, infrastruktur teknologi dan mental para pemuda.

 

Dari aspek pendidikan, perlu ditanamkan pemahaman akan pengetahuan dan ilmu tentang teknologi. Karna ketika melihat realitas di Indonesia masih banyak usia produktif yang tidak paham tentang teknologi. Maka dipandang perlu pemerintah melalui Mendikbud-Dikti untuk menyusun kurikulum yang terfokus pada pengembangan dan pemahaman teknologi pada peserta didik. Pada saat pengumuman kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Presiden Jokowi menyatakan kepada Mendikbud-Dikti bahwa, “ Perlu terobosan yang signifikan dalam pengembangan SDM yang menyiapkan SDM yang siap kerja, siap berusaha, dan me-link and match-kan antara pendidikan dan industri”. Itu menunjukkan bahwa pemerintah mulai peka terhadap permasalahan bonus demografi dan kemajuan teknologi di Indonesia. Apalagi penunjukan Nadiem Makarim sebagai Mendikbud-Dikti yang latarbelakangnya seorang pengusaha yang dalam wawancaranya dengan media menyatakan, “Saya lebih mengerti apa yang akan ada dimasa depan karna bisnis saya memang dibidang masa depan dan mengantisipasi masa depan”. Terlepas dari itu Nadiem juga dari kalangan anak muda yang dapat mengerti tentang kebutuhan anak muda selaku pemeran utama dalam bonus demografi.

 

Selain pendidikan, permasalahan ketenagakerjaan juga harus menjadi fokus pemerintah dalam menghadapi bonus demografi. Terlebih lagi kemajuan teknologi akan mengakibatkan banyak tejadi pengangguran struktural. Indonesia juga masih mengimpor tenaga kerja dari luar negeri. Itu menunjukkan kualitas tenaga kerja dalam negeri yang masih kurang terutama dalam bidang pengelolaan teknologi. Untuk itu, diperlukan pelatihan khusus yang diberikan ke masyarakat sebelum memasuki dunia pekerjaan. Pelatihannya berupa Balai Latihan Kerja (BLK) yang dibawahi oleh Kemenaker selaku wakil pemerintah tetapi dalam pelaksanaannya harus mengubah kurikulam dalam balai tersebut untuk mengikuti perkembangan teknologi. Ketika selesai dalam pelatihan maka harus dibimbing terus agar dapat pekerjaan yang layak dan sesuai kemampuannya. Selain pelatihan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus juga diperbaiki kualitas pendidikannya. Di wilayah Sulawesi Selatan saja tingkat pengangguran terbuka untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang paling tinggi diantara tingkat pendidikan yang lain yaitu sebesar 9,70 persen. Disamping memperbaiki kualitasnya juga perlu memprioritaskan lulusan dari SMK dibanding lulusan dari sekolah lain karna lulusannya sudah dipersiapkan untuk memasuki dunia pekerjaan.

 

Untuk menunjang kedua hal diatas maka perlu meningkatkan pembangunan infrastruktur teknologi. Menurut hasil servei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2018 menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia sebesar 64,8 persen atau 171,17 juta penduduk. Angka melek internet Indonesia memang besar tetapi pembangunan infrastruktur terutama di wilayah pedalaman sangat kurang dan tidak merata terutama persebaran jaringan internet. Pembangunan infrastruktur di pedalaman harus menjadi fokus pemerintah agar tidak terjadi kesenjangan yang besar antara wilayah perkotaan dan pedalaman. Selain itu, hasil riset atau produk teknologi dari peneliti juga merupakan penunjang untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur teknologi. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah jumlah peneliti di Indonesia saat ini adalah 1.071 persatu juta penduduk atau sangat sedikit dibanding negara lain di Asia. Korea misalnya punya 8.000 peneliti persatu juta penduduk. Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas peneliti di Indonesia yakni meningkatkan kualitas SDM Indonesia melalui peningkatan aktivitas ilmiah baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat.

 

Terlepas dari pembangunan SDM yang unggul dan siap kerja, perlu pembentukan mental yang kuat kepada para usia produktif ini. Langkah itu merupakan strategi untuk menghadapi faktor dari luar yaitu arus globalisasi dan faktor dari dalam yaitu bonus demografi serta kemajuan teknologi. Dimana masyarakat Indonesia harus bersaing bukan hanya dengan orang dalam negeri tetapi juga terhadap orang luar negeri. Jangan sampai karna alasan ini Indonesia lagi-lagi mengimpor tenaga kerja dari luar negeri. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam membentuk mental pemuda yang siap bersaing seperti memperbanyak kegiatan bersifat kelembagaan. Hal yang dapat diperoleh dari berlembaga berupa soft skill yang dapat menunjang keterampilan. Contohnya mental kewirausahaan, kepemimpinan, kecakapan berbicara, dan keterampilan bekerjasama.

 

 Bonus demografi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia apalagi dalam kemajuan teknologi sekarang ini. Bonus demografi dan kemajuan teknologi diibaratkan bagai pisau bermata dua artinya dapat menjadi peluang tetapi dapat juga menjadi ancaman bagi Indonesia. Indonesia berpeluang menjadi negara maju ketika dapat memanfaatkan kesempatan bonus demografi ini dengan menyelaraskannya pada perkembangan teknologi. Indonesia juga terancam menjadi negara terbelakang dari aspek ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan politik ketika salah satu hal tersebut tidak diperhatikan. Untuk menyelaraskan antara bonus demografi dengan kemajuan teknologi maka perlu peran dari masyarakat, pelaku industri, dan pemerintah pada umumnya. Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan adalah memperbaiki sektor pendidikan melalui kurikulumnya, ketenagakerjaan melalui program pelatihan dan prioritas lulusan siap kerja, pembangunan infrastruktur teknologi melalui pemerataan persebaran internet serta peningkatan kuantitas dan kualitas para peneliti Indonesia, dan membentuk mental pemuda yang siap bersaing melalui kegiatan berlembaga.

 

REFRENSI

 

Sitanggang, O.P. 2018. ”Dampak Serta Pengaruh Teknologi Desain Industri 4.0 Di Dunia” dalam jurnal fakultas ekonomi (hlm. 5-8).

 

Yahya, Muhammad. 2018. Era Industri 4.0: Tantangan Dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia (hlm. 5)

 

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2018. Indeks Pembangunan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (IP-TIK) Indonesia Tahun 2017.https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/12/17/1532/indeks-pembangunan-teknologi-informasi-dan-komunikasi–ip-tik–indonesia-tahun-2017-sebesar-4-99-pada-skala-0—10.html. ( 11 November 2019)

 

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2015. Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 Berdasarkan hasil SUPAS 2019 https://www.bps.go.id/. ( 11 November 2019).

 

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2019. Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Selatan Agustus 2019: Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan. https://sulsel.bps.go.id/pressrelease/2019/11/05/483/keadaan-ketenagakerjaan-sulawesi-selatan-agustus-2019.html. (13 November 2019).

 

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional [BkkbN]. 2017. Bonus Demografi, Meningkatkan Kualitas Penduduk Melalui Keluarga. https://bkkbn.go.id/detailpost/bonus-demografi-meningkatkan-kualitas-penduduk-melalui-keluarga. (12 November 2019).

 

Kompas TV. 2019. Resmi! Daftar Nama Menteri Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma’ruf. https://www.youtube.com/watch?v=0QbYvQJStX8. (11 November 2019).

 

Medcom id. 2019. Nadiem Makariem: Saya Jadi Mendikbud Karena Lebih Mengerti Masa Depan. https://www.youtube.com/watch?v=ziedUmf4JXo. (11 November 2019).

 

Zaenudin, Ahmad. 2019. Hasil Survei APJII: 64 Persen Penduduk Indonesia Gunakan Internet. https://tirto.id/hasil-survei-apjii-64-persen-penduduk-indonesia-gunakan-internet-dH4a. (13 November 2019).

 

Rakyat, Kedaulatan. 2018. Jumlah Peneliti Indonesia Masih Sedikit. https://risbang.ristekdikti.go.id/publikasi/berita-media/jumlah-peneliti-indonesia-masih-sedikit/. (13 November 2019)

Add a Comment

Your email address will not be published.